ADINEGORO

Sastrawan dan tokoh pers Indonesia. Nama sebenarnya adalah Djamaludin Datuk Marajo Sutan. Adinegoro adalah nama samaran yang ia gunakan dalam tulisan-tulisannya. Nama Adinegoro lah yang lebih dikenal masyarakat dan diabadikan untuk nama hadiah bagi karya jurnalistik yang menonjol di Indonesia.
      Adinegoro lahir di talawi,Sumatera Barat,14 Agustus 1904,meninggal 8 Januari 1967 di Jakarta. Adinegoro meninggal akibat serangan jantung dan dimakamkan di pemakaman umum Karet,Jakarta. Pada batu nisannya tertulis: Djamaludin Adinegoro Gelar Datuk Maradjo Sutan. Beliau adalah saudar tiri dari Muhammad Yamin,sang pemikir ulung Indonesia pada masa pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ayahnya seorang Demang(Camat) yang menginginkan Adinegoro menjadi seorang Dokter. Itulah sebabnya ia sekolah di STOVIA, Jakarta (1918-1925). Tulisan-tulisannya banyak menyerang Belanda secara halus,sehingga rumahnya sering digeledah dan diawasi. Ia lalu bertekad untuk menjadi Jurnalis dan keluar dari sekolahnya Stovia.
      Adinegoro belajar jurnalistik sampai ke Eropa,yaitu di Utrecht,Belanda kemudian Jerman. Ia juga mempedalam pengetahuan mengenai Geografi,Kartografi,dan Geopolitik di Jerman dan Belanda (1926-1930).
     Dalam dunia pers,ia pernah bekerja di majalah Panji Pustaka,harian Perwarta Deli Medan,dan majalah Mimbar Indonesia. Ia ikut mendirikan Perguruan Tinggi Jurnalistik di Jakarta dan Fakultas Publistik dan Jurnalistik Universitas Padjajaran. Di samping itu, ia pernah menjadi Tjuo Sangi In Sumatera (semacam Dewan Rakyat) yang dibentuk Jepang (1942-1945),anggota Dewan Perancang Nasional,anggota MPRS, Ketua Dewan Komisaris Badan Penerbit Gunung Agung, dan Presiden Komisaris LKBN Antara. Karena kegiatannya di bidang pers yang sangat menonjol,namanya diabadikan untuk penghargaan dalam bidang jurnalistik di Indonesia.
      Dalam hidupnya,praktis tiada hari tanpa membaca. Di rumahnya,tiga ruangan penuh buku menjadi ruang kerja Adinegoro. Selain bekerja,sebagian besar waktunya dihabiskan dengan membaca dan menulis.  Sifatnya pendiam,ulet dan gigih.
      Adinegoro menulis karya sastra dalam bentuk novel. Selain itu ia juga menulis buku-buku resensi. Judul-judul karyanya antara lain: Darah Muda (novel,1927), Asmara Jaya (novel,1928), Melawat ke Barat (novel,1930), Beberapa judul buku referensi adalah Revolusi Kebudayaan (1954), Ensiklopedi Umum dalam Bahasa Indonesia (1954), Ilmu Karang-Mengarang,Falasafah Ratu Dunia.

LAPANGAN RUMPUT, SISA EMBUN DAN MASA KANAK-KANAK (Hamid Jabbar

Lapangan rumput, sisa embun dan masa kanak-
kanak menggelinding bagai bola, serangga tak
bernama, impian-impian dan entah apa-apa.
Menggelinding bagai bola, sebuah lomba tentang
bahagia, gol dan sukses, tetapi yang terjaring adalah
nasib dan bukan tidak apa-apa. Peluit tidak
berbunyi, aturan-aturan dibuat dan dimakan,
mengenyangkan isi kepala yang menggelinding dari
sudut ke sudut. Tendang dan kejar. Tendang dan
menggelepar. Batu dan kaca. Kaca dan mata. Pecah
dan luka. Menggelinding bagai bola, sebuah lomba
tentang bahagia, tetapi dunia jadi embun masa
kanak-kanak, rumputan dan serangga dan sejuta
suara warna-warna dan impian-impian
menggelembung jadi sesuatu yang bernama luka,
tetapi bahagia, bukan, bukan-bukan, ternyata kuda-
kuda memakan rumput dan meninggalkan embun
dalam ringkiknya.
“Hidup bung, merdeka atau mati…”
1978

AKU (Chairil Anwar)

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

SELASIH

Nama aslinya adalah Sariamin Ismail. Nama selasih sangat populer karena digunakkan untuk novelnya Kalau Tak Untung. Selain nama Selasih, Sariamin banyak menggunakan nama samaran lain. yaitu Sekejut Gelingging, Seri Tanjung Dahlia, Seri Guning,Seri Gunung, Bunda Kanduang,Mande Rubiah,Ibu Sejati,Seleguri. Pada saat itu,menjadi penulis pada saat penjajahan tidak mudah. Tantangan terbesarnya adalah ditangkap Belanda karena isi tulisannya dianggap menghasut rakyat. Nama-nama samaran itu digunakkan oleh Sariamin untuk menulis di surat kabar. Kebanyakan tulisan Sariamin di Surat kabar melawan kebijakan pemerintah kolonial.
      Penulis ini lahir di Talu,Sumatera Barat,tanggal 31 Juli 1909 dan meninggal tahun 1995. Ia menempuh sekolah dasar (Gouvernement School) yang diselesaikannya dalam 5 tahun di tahun 1921. Kemudian,ia melanjutkan pendidikan di sekolah guru (Meisjes Normaal School) dan tamat tahun 1925. Tahun itu juga ia mengajar di bengkulu. Tahun 1930 ia dipindahkan ke Padangpanjang. Lalu,tahun 1939.ia dipindahkan lagi ke aceh. Selanjutnya ia mengajar di Kuantan (Riau) dari tahun 1941-1968.
      Sariamin oernah menjadi Ketua Jong Islamieten Bon Demes Afdeling Cabang Bukittinggi (1928-1930) dan Anggota DPRD Riau (1947-1948).
      Karyanya: Kalau Tak Untung(novel,1933),Pengaruh Keadaan(novel,1937)Rangkaian Sastra(1952), Panca Juara(cerita anak,1981), Nakhoda Lancang (1982), Cerita Kak Mursi(cerita anak,1984), dan Kembali ke Pangkuan Ayah(novel,1986). Sajak-sajaknya dimuat dalam S. Takdir Alisjahbana (ed.), Puisi Baru (Bunga Rampai,1946),Toeti Heraty (ed.), Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (Bunga Rampai,1979), dan Linus Suryadi AG (ed.), Tonggak 1 (bunga rampai,1987).      

SEBELUM TIDUR

Kumpulan sajak S.Hartoyo,diterbitkan oleh Dunia Pustaka Jaya,Jakarta, tahun 1977. Sajak-sajak dalam kumpulan-kumpulan ini ditulis dari tahun 1960 sampai 1976. Sajak-sajaknya penuh mengandung kerinduan kepada tuhan,kepada maut,tetapi disamping itu ditampilkan pula saja-sajak yang bersifat sosial. Buku ini memperlihatkan sebuah kumpulan sajak Indonesia yang jelas menunjukkan kemusliman penyairnya.
      Di dalam buku ini terkumpul 46 judul sajak,yaitu: Hari Itu Hujan pun Segera Akan Turun; Surat Seorang Abang Kepada Adiknya; Betapa Sukarnya; Hakikat Jarak; Nyanyian Seorang Petani Muda; Pertemuan; Malam; Anak Kecil; Serasa Akulah Yang Mesti Bercerita; Berceritalah Padaku Ya Malam; Ninabobo; Dosa Sebelum Tidur; Sebelum Tidur; Tengoklah hari ini; Di Rumah Sakit; Biarkan jendela itu terbuka; Engkau yang melawat; Kisah seorang raja; Dalam sakit; Kabut itu; Menunggu dan pamit; Kediam-diaman; Di depanMU aku sirna mendebu; Bukalah pintu itu; Ia namakan dirinya maut; Do'a; Takkan kupalingkan; Tidak selamanya kita akan  bersedih bukan?; Sambutlah daku,kutunggu Dikau; Jarak itu pun semakin menghampir; Hai,Engkaukah itu?; Suatu hari,bulan Desember; Sajak 1969; Catatan 1969; Tidurlah engkau, tidur; Surat 1969; Janji; Impian diatas kursi; Sala-Jakarta, 1971; Di Masji Kualalumpur; sebelum Jum'at; di ruang tunggu Bandarudara Antarbangsa  'Subang', Kuala Lumpur suatu senja; Di Jakarta engkau dimana aku dimana; Reportase wartawan muda di pinggiran kota Jakarta; Kupandang langit dari beranda; Sebelum engkau terlambat; dan Senja yang biru''.     

AKULAH SI TELAGA ( Sapardi Djoko Damono)


akulah si telaga: berlayarlah di atasnya; 

berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan
bunga-bunga padma;

berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;

sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja

-- perahumu biar aku yang menjaganya

Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

Seorang Buruh Masuk Toko (Wiji Thukul)

masuk toko
yang pertama kurasa adalah cahaya
yang terang benderang
tak seperti jalan-jalan sempit
di kampungku yang gelap

sorot mata para penjaga
dan lampu-lampu yang mengitariku
seperti sengaja hendak menunjukkan
dari mana asalku
aku melihat kakiku - jari-jarinya bergerak
aku melihat sandal jepitku
aku menoleh ke kiri ke kanan - bau-bau harum
aku menatap betis-betis dan sepatu
bulu tubuhku berdiri merasakan desir
kipas angin
yang berputar-putar halus lembut
badanku makin mingkup
aku melihat barang-barang yang dipajang
aku menghitung-hitung
aku menghitung upahku
aku menghitung harga tenagaku
yang menggerakkan mesin-mesin di pabrik
aku melihat harga-harga kebutuhan
di etalase
aku melihat bayanganku
makin letih
dan terus diisap
10 september 1991
Bukan Kata Baru
ada kata baru kapitalis, baru? Ah tidak, tidak
sudah lama kita dihisap
bukan kata baru, bukan
kita dibayar murah
sudah lama, sudah lama
sudah lama kita saksikan
buruh mogok dia telpon kodim, pangdam
datang senjata sebataliyon
kita dibungkam
tapi tidak, tidak
dia belum hilang kapitalis
dia terus makan
tetes ya tetes tetes keringat kita
dia terus makan
sekarang rasakan kembali jantung
yang gelisah memukul-mukul marah
karena darah dan otak jalan
kapitalis
dia hidup
bahkan berhadap-hadapan
kau aku buruh mereka kapitalis
sama-sama hidup
bertarung
ya, bertarung
sama-sama?
tidak, tidak bisa
kita tidak bisa bersama-sama
sudah lama ya sejak mula
kau aku tahu
berapa harga lengan dan otot kau aku
kau tahu berapa upahmu
kau tahu
jika mesin-mesin berhenti
kau tahu berapa harga tenagamu
mogoklah
maka kau akan melihat
dunia mereka
jembatan ke dunia baru
dunia baru ya dunia baru.

tebet 9/5/1992

GADIS PEMINTA-MINTA (Toto Sudarto Bachtiar)

Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil 
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka 
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu 
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa 

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil 
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok 
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan 
Gembira dari kemayaan riang 

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral 
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal 
Jiwa begitu murni, terlalu murni 
Untuk bisa membagi dukaku 

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil 
Bulan di atas itu, tak ada yang punya 
Dan kotaku, ah kotaku 
Hidupnya tak lagi punya tanda 
 
Memahami Puisi, 1995 
Mursal Esten 
 
Lihat biografi penulis

TOTO SUDARTO BACHTIAR

Penulis ini lahir di Palimanan,Cirebon (Jawa Barat),tanggal 12 Oktober 1929. Berpendidikan Cultuurschool Tasikmalaya (1946),MULO Bandung (1948),SMA Bandung (1950),dan terakhir Fakultas Hukum UI (1950-1952;tidak tamat).
      Kumpulan sajaknya,Suara (1956),memperoleh Hadiah Sastra Nasional BMKN tahun 1957. Kumpulan sajaknya yang lain:Etsa (1958). Toto Sudarto Bachtiar juga banyak menerjemahkan. Di antara terjemahannya:Pelacur (drama Sartre,1964) Sulaiman yang Agung (karya Harold Lamd,1958),Bunglon (kumpulan cerpen,1965),Bayangan Memudar (novel Breton de Nijs,1975;terjemahan bersama Sugiarta Sriwibawa),Pertemuan Penghabisan (novel Hemingway,1976),Malam Terakhir (drama Yukio Mishima,1979),dan Sanyasi (drama Rabintdranath Tagore,1979). Studi mengenai sajak-sajak Toto Sudarto Bachtiar dilakukan oleh H.B Jassin,Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei III (1967;halaman 57-77) dan Subagio Sastrowardoyo,Sosok Pribadi dalam Sajak (1980;halaman 142-168).


Lihat puisinya

TUYET

Merupakan salahsatu karya sastra yang cukup banyakmendapat perhatian. Tahun 1979,novel ini mendapat hadiah sastra tingkat nasional dari Yayasan Buku Utama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Novel ini merupakan karya Bur Rasuanto yang diterbitkan oleh Gramedia tahun 1978. Novel ini berkisah tentang perjuangan seorang wanita Vietnam untukl membebaskan ayahnya yang ditawan tentara musuh pada perang Vietnam. Tokoh-tokohnya antara lain : Tuyet; seorang wanita Vietnam yang gigih berjuang agar ayahnya bebas dari penguasa militer; Alimin,merupakan seorang wartawan Indonesia yang meliput perang Vietnam; Nona Thi,seorang gadis Vietnam dan merupakan kekasih Alimin; Nurma, seorang wanita tuna susila; Ayah Nona Thi, pejabat pemerintahan Vietnam. 
      Alimin adalah wartawan Indonesia yang ditugaskan untuk meliput perang Vietnam yang sedang berkecamuk pada saat itu.  Pada suatu hari,ia kedatangan tamu wanita Vietnam yang bernama Tuyet yang sebelumnya sama sekali tidak ia kenal. Tuyet datang kerumahnya untuk menanyakan kiriman dari wartawan Jerman yang bernama Herbert,salah seorang teman akrab Alimin. Wanita itu mengetahui alamat Alimin dan Herbert. Namun,Alimin tidak menerima surat ataupun kiriman yang wanita itu maksud. 
      Sejak saat itu Tuyet sering mengunjungi Alimin untuk menanyakan hal yang sama. Hubungannya semakin akrab,namun Alimin belum mengetahui siapa wanita itu sebenarnya. Ia juga atidak mengetahui tempat tinggalnya,pekerjaan,atau identitas lainnya.
      Pada suatu hari kunjungan Tuyet ke rumah Alimin sangat berbeda. Alimin terkejut ketika Tuyet tiba-tiba memasuki kamarnya dan mengajak Alimin untuk melakukan perbuatan yang dilarang agama. Namun, Alimin tidak melayani keinginan wanita itu dan langsung menampar wanita tersebut. Setelah mendapat tamparan, Tuyet menjadi sadar. Ia menangis dan menceritakan latar belakang perbuatannya itu. Ia juga bercerita tentang dirinya yang sebenarnya. Mendengar cerita itu, Alimin merasa sedih. Ia yang semula merasa marah kepada wanita itu,tiba-tiba menjadi iba dan ia berjanji untuk menolongnya. 
     Tuyet melakukan perbuatan itu karena ia membutuhkan uang untuk menebus ayahnya dari penjara. Ia bisa mengeluarkan ayahnya dari penjara jika ia memberikan sejumlah uang kepada orang yangm menahan ayanhnya. Bila ia tidak mampu menyerahkan uang itu,sang komandan meminta Tuyet untuk menyerahkan kesuciannya. Itulah sebabnya ia kemudian memutuskan untuk menyerahkan kesuciannya kepada Alimin. Ia tidak mau menyerahkan kehormatannya begitu saja kepada komandan itu. Ia lebih rela menyerahkannya kepada Alimin yang begitu baik kepadanya.  
     Mendengar cerita Tuyet,Alimin bertekad untuk menolongnya. Ia berusaha mengumpulkan uang untuk membebaskan ayahnya Tuyet. Namun ayah Nona Thi tidak dapat berbuat apa-apa karena ia telah menghubungi beberapa pejabat yang sedang berkuasa,namun tak seorang pun bersedia membantunya.
      Usaha Alimin untuk mengumpulkan uang ternyata berhasil. Jumlah uang yang diperoleh dari teman-temannya ditambah dengan kiriman Herbert telah cukupuntuk menebus ayahnya Tuyet. Namun,ketika Alimin mengantarkan uang itu ke rumah Tuyet,ia hanya mendapatkan sepucuk surat dari wanita itu bahwa ayahnya telah bebas setelah ia menyerahkan kehormatannya kepada sang komandan.
      Setelah ayahnya bebas,Tuyet akan mencari pekerjaan halal yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam hatinya,ia merasa bahagia karena ayahnya telah menjadi orang yang bebas. Bebas untuk menentukan nasib mereka tanpa tekanan dari siapapun.

Sajak Orang Lapar (W.S Rendra)

kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam


o Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin


kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan


seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran


o Allah !
kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin


o Allah !
kami berlutut
mata kami adalah mata Mu
ini juga mulut Mu
ini juga hati Mu
dan ini juga perut Mu
perut Mu lapar, ya Allah
perut Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca


o Allah !
betapa indahnya sepiring nasi panas
semangkuk sop dan segelas kopi hitam


o Allah !
kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu

UTUY TATANG SONTANI

Sastrawan Indonesia tahun 1960an dan salah seorang tokoh LEKRA(Lembaga Kebudayaan Rakyat). Ia dilahirkan di Cianjur,Jawa Barat,tanggal 31 Mei 1920,meninggal di Moskow, Rusia, 17 September 1979. Pendidikan terakhir: tamat Taman Dewasa,Bnadung. Pernah bekerja di RRI tasikmalaya,Balai Pustaka,Jawatan Pendidikan Masyarakat ( Bagian Naskah dan Majalah), Jawatan Kebudayaan Kementrian PP dan K,dan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan Indonesia. Selain itu,ia juga pernah menjadi anggota Pimpinan pusat  Lekra (1950-1965)
      Dramanya,Awal dan Mira (1952),memperoleh Hadiah Sastra Nasional BMKN 1953,sedangkan dramanya yang lain, Saat Yang Genting (1958), mendapat hadiah Sastra Nasional BMK 1957/1958. Karyanya  yang lain : Suling (drama,1948),Bunga Rumah Makan (drama 1948),Tambera (novel 1949),Orang-orang Sial (Kumpulan Sajak1951),Manusia Iseng (drama,1953),Sangkuriang Dayang Sumbi (drama,1953),Sayang Ada Orang Lain (drama,1954),Di Langit Ada Bintang (drama 1955),Selamat Jalan Anak Kufur (drama, 1956),Di Muka Kaca, (drama,1957), Manusia Kota (kumpulan drama,1961),Segumpal Daging Bernyawa (1961),Tak Pernah Menjadi Tua (drama, 1963),Si Sapar (novel,1964),dan Si Kampreng (drama,1964),Menuju Kamar Durhaka (kumpulan cerpen,2002). Terjemahannya:Selusin Dongeng (karya Jeande la Fontaine,1949).
       Studi mengenai karya Utuy Tatang Sontani dilakukan oleh H.B Jassin,dalam Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei II (1967; halaman 153-77).

RUSTAM EFFENDI

Profil Singkat

Penulis ini lahir di Padang,tanggal 13 Mei 1903,Meninggal di Jakarta,tanggal 24 Mei 1979. Berpendidikan HIS dan HKS Bandung (1924),kemudian menjadi guru di Perguruan Islam Adabiah II,Padang tahun 1928-1947 bermukim di Belada, 14 tahun diantaranya ( 1933-1946) menjadi anggota Tweede Kamer (=  Majelis Rendah) mewakili Partai Komunis. Dramanya,Bebasari (1926),dianggapa sebagai bentuk drama yang pertama dalam Kesusastraan Indonesia Modern. Karyanya yang lain: Percikan Permenungan (kumpulan sajak,1926) dan Van Moskow naar Tiflis (dalam bahasa Belanda)

SURAT KERTAS HIJAU

Kumpulan sajak Sitor Situmorang, diterbitkan oleh Dian Rakyat,Jakarta tahun 1977; cetakan pertama tahun 1953. Buku puisi ini terdiri atas dua bagian, yaitu:
      Bagian pertama Surat Keputusan Hijau, yang memuat: Telah Lama; Dia dan Aku; D; Surat Kertas Hijau; Berita Perjalanan; Variasi; Amoy-Aimee; Tentu; Kebun Binatang; Matahari Minggu; Percakapan; Chathedrale de Chartress; dan The Tale of Two Continents''.
      Bagian kedua,orang asing, memuat: Orang Asing; Duka; Sajak; Gunung; Week End; Paris Yuillet; Paris Novembre; Paris Janvier; Paris Avril; Place St Sulpice; Pont Neuf; Italia; E.M.R; Kamar I; Kamar II; Rumah; Kepada Anakku; Tour Eiffel; dan Al- buquekque 

WIJI THUKUL

Penyair dan penerima penghargaan Yap Tien Hien tahun 2002 ini dilahirkan di Sorogenen,Solo,tanggal 26 Agustus 1963. Penyair yang beberapa hari lagi berulang tahun ini,sampai saat ini tidak diketahui nasibnya,apakah ia sudah meninggal atau bersembunyi di suatu tempat. Ia tidak pernah lagi terlihat sejak tahun 1998. Keluarganya melaporkannya hilang pada April 2000.
      Penyair yang sangat dikenal karena puisinya yang berusaha mengungkap berbagai ketidakadilan dan pengingkaran harkat serta martabat manusia. Karena aktivitasnya itu pula ia tidak disukai pemerintah Orde Baru dan ia tidak pernah terlihat lagi sejak peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta. Beberapa kali ia melakukan aksi pemogokan buruh di Solo,aksi perjuangan petani di Ngawi,dan aktif di Partai Rakyat Demokratik (PRD).
      Wiji Thukul hanya berpendidikan Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (tidak tamat). Dalam aktifitasnya berkesenian,ia pernah mengikuti ''3rd'' Asi-Pasific Trainer's Training Workshop on Cultular Action'' di Korea Selatan (1990) dan tahun 1992 membacakan sajak di beberapa kota di Australia. Ia menerima penghargaan dari yayasan Wertheim,Belanda(1991). Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Kicau Kepodang (1993),Suara Sebrang Sini, dan Dari Negeri Poci 2 (1994). Kumpulan sajaknya: Mencari Tanda Lapang (1994), Tumis Kangkung Comberan (1996), dan Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Bila Malam Bertambah Kelam

Bila Malam Bertambah Kelam adalah karya Putu Wijaya yang ditulis tahun 1964.Novel ini baru diterbitkan pada tahun 1971 oleh Pustaka Jaya,Jakarta.
      Bila Malam Bertambah Kelam menceritakan tentang percintaan antara dua orang yang berbeda status sosial. Rasa cinta itu baru terwujud setelah usia keduanya berada diujung senja.
      Latar tempat dari cerita ini adalah Bali dan Yogyakarta. Tokoh-tokoh cerita ini adalah I Gusti Ngurah Ketut Mantri;suami dari Gusti Biang yang gugur tertembak oleh Belanda; Gusti Biang:seorang janda yang merasa bangga akan kebangsawanan mendiang suaminya; Ngurah; anak tunggal Gusti Biang; Wayan; seorang wanita miskin yang dibesarkan oleh Gusti Biang dan menjadi pembantu Gusti Biang yang setia; Nyoman; teman sepermainan I Gusti Ketut Mantri,yang kemudian menjadi pembantu Gusti Biang yang setia.
      Seorang bangsawan bernama I Gusti Ngurah Mantri,mati tertembak Belanda pada masa perang kemerdekaan. Ia meninggalkan seorang anak laki-laki bernama Ngurah dan seorang istri yang juga keturunan bangsawan,bernama Gusti Biang. Sampai masa tuanya,Gusti Biang menganggap bahwa I Gusti Ngurah Mantri adalah pahlawan kemerdekaan yang gugur tertembak oleh Belanda. Ia merasa bangga istri seorang pahlawan.
      Ketika anaknya ,Ngurah,menginjak remaja,ia melanjutkan sekolah di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Namun ia gagal dan kembali ke kampung halaman. Kepulangan Ngurah disambut Ibunya dengan suka cita karena ia memang tidak ingin berpisah dari anak semata wayangnya itu.
      Gusti Biang merasa bangga. Dengan kebangsawanannya pun ia merasa bangga. Dengan demikian ,ia memiliki martabat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang di sekelilingnya. Sepeninggal suaminya ,dalam menjalani hidupnya,Gusti Biang ditemani oleh dua pelayan yang setia yaitu Wayan dan Nyoman. Wayan adalah teman akrab I Gusti Ketut Manti,suami Gusti Biang,yang kemudian menjadi pembantu di rumahnya selama hampir dua puluh lima tahun. Nyoman adalah anak dari keluarga miskin dari desa Meiling yang dibesarkan oleh keluarga Gusti biang. Nyoman menjalin hubungan cinta dengan Ngurah. Akan tetapi,hubungan kedua insan ini tidak diketahui oleh Gusti Biang.
      Kedua pembantu itu setia kepada majikannya walaupun Gusti Biang memperlakukan mereka dengan sewenang-wenang.Majikan mereka yang mulai pikun kerapkali menghina da mencaci maki.Ia tidak pernah menghargai kesetiaan dan pengabdian mereka.Wayan selalu berusaha menahan diri untuk bersabar  menerima perlakuan majikannya.Tidak demikian halnya dengan Nyoman.Ia sering berniat untuk melarikan diri dari rumah tangga majikannya kalau saja Wayan tidak berusaha menahannya.
      Suatu ketika,perlakuan Gusti Biang terhadap kedua pembantunya itu telah melewati batas. Hal itu membuat Nyoman merasa tidak lagi sanggup bertahan menghadapinya dan ia pun melarikan diri tanpa sepengetahuan Wayan. Mengetahui kepergian Nkecanyoman yang mendadak itu,Wayan merasa sangat kecewa. Gusti Biang justru merasa senang atas kepergian gadis itu. Ia telah mengusirnya karena dengki dengan kecantikan gadis itu. Namun,sebelum gadis itu meninggalkan rumah,Gusti Biang menyebutkan sejumlah uang yang ia keluarkan selama gadis itu tinggal di rumahnya.
      Wayan tinggal sendirian melayani wanita tua itu. Perilaku Gusti Biang kepada pembatunya ini tidak berubah. Kesabaran Wayan Habis. Ia berniat membongkar rahasia yang selama ini ia simpan. Ia menceritakan bahwa nyoman, pembantu wanita yang telah diusirnya adalah tunagan Ngurah. Kedua insan ini telah lama memadu kasih sayang.
      Mendenganr hal ini,Gusti Biang sangat marah. Pertengkaran antara kedua orang ini tidak dapat dihindari. Dari pertengkran ini terungkap bahwa istri Gusti Biang bukanlah pahlawan,melainkan mata-mata NICA.
      Karena Wayan yakin bahwa pertengkaran mereka tidak akan berakhir, ia memutuskan untuk meninggalkan majikannya dan pulang kedesanya. Ngurah menemui ibunya dan menceritakan keinginannya untuk meminang Nyoman sebagai istrinya. Tentu saja,hal itu membuat Gusti Biang semakin marah.
      Apalagi ia melihat Wayan hendak pergi dari rumahnya sambil menyandang bedil kepunyaannya. Bedil itulah yang telah menewaskan suaminya. Ia bersikeras bahwa bedil itu adalah miliknya, bukan milik Wayan. Namun,dengan tegas Wayan menyatakan bahwa bedil itu miliknya dan dialah yang menembakan bedil itu kepada I Gusti Ngurah Mantri. Pada masa itu, Wayan adalah anggota Ciung Wanara yang bertugas menembak mata-mata NICA. Wayanlah yang menembak suami dari Gusti Biang. Hal itu dilakukan Wayan, karena I Gusti Ketut Mantri adalah pengkhianat.
       I Gusti Ketut Mantri adalah seorang banci. Ia menikahi kelima belas istrinya hanya untuk menutupi kemandulannya. Bahkan,Wayan membeberkan bahwa Gusti Biang adalah kekasih Wayan. Karena Wayan bukan dari golongan bangsawan,Gusti biang lebih memilih I Gusti Ketut Mantri sebagai suami. Rahasia lain yang dibongkar Wayan ialah tentang Ngurah, yang selama ini diketahui orang adalah anak Gusti Biang. Ternyata Ngurah adalah anak kandung Wayan. Disinilah Ngurah baru mengetahui bahwa yang selama ini dianggapnya pembantu ternyata adalah ayah kandungnya.
       Semua itu diakui oleh Gusti Biang. Dalam hatinya,sebenarnnya ia masih mencintai Wayan. Akhirnya Gusti Biang menyetujui pernikahan Nyoman dengan Ngurah. Ngurah senang bukan main,ia segera menyusul Nyoman ke desannya. Setelah kepergian Ngurah,kedua orang yang pernah memiliki jalinan cinta di masa mudanya itu sama-sama tertunduk. Gusti Biang dan Wayan sama-sama meneteskan mata. Dua manusia yang sudah berangkat tua ini kemudian tenggelam dalam perasaan cinta

BLUES UNTUK BONIE

Kumpulan sajak karya W.S. Rendra. Cetakan pertama,Cirebon 1971. Mulai cetakan kedua, 1976, diterbitkan oleh Dunia Pustaka Jaya; cetakan ketiga,1981. Buku puisi ini memuat 13 judul sajak: 
Kupanggil Namamu,Kepada MG,Nyanyian Duniawi,Nyanyian Suto untuk Fatima,Nyanyian Fatima untuk Suto,Blues Untuk Bonie,Rick Dari Corona,Kesaksian Tahun 1967,Pemandangan Senjakala,Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta,Pesan pencopet kepada pacarnya,Nyanyian Angsa, dan Khotbah

CERITA DARI BLORA

Kumpulan cerita pendek (cerpen) karya Pramoedya Ananta Toer,diterbitkan pertama kali oleh Balai ;Pustaka,Jakarta,tahun 1952, tebal 368 halama; cetakan kedua,tahun 1963 oleh Balai Pustaka,Jakarta; cetakan ketiga tahun 1989 Kuala Lumpur; edisi baru Hasta Mitra (1994). Kumpulan cerpen yang diberi pengantar oleh kritikus sastra H.B Jassin ini,mendapat hadiah umtuk seni prosa terbaik dalam tahun 1952 dari BMKN. Beberapa cerpen dalam buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda,Inggris,Rusia,dan Tionghoa. Kumpulan cerpen ini terkesan memperlihatkan kepaduan dan kontinuitas,sebab semuanya diambil dari kenangan dan pengalaman pengarangnya waktu kecil di Blora,negeri kelahiran dan tempat ia dibesarkan.
      Buku ini memuat sebelas judul cerpen:
Yang Sudah Hilang,Yang Menyewakan Diri,Inem,Sunat,Kemudian Lahirlah Dia,Pelarian Yang Tak Dicari,Hidup Yang Tak Diharapkan,Hadiah Kawin,Anak Haram,Dia Yang Menyerah, Yang Hitam.
      Dalam cerpen Yang Sudah Hilang ini misalnya,tampak pertentangan antara kehilangan kenyataan masa muda,hal-hal yang tidak teraba lagi,dengan kenagan-kenangan pedihnya yang tidak kunjung hilang. Kita dihadapkan kepada suka-duka sehari-hari seorang kanak-kanak, tentang ketakutan dan keinginannya,tentang orang dewasa yang menentukan kehidupannya: ibunya, penghibur dan pelindung,selalau ada dan sedia,taqwa,beriman,namun juga terkadang juga tak terpahami dalam kepeduliannya dan dukacitannya, sikap strengnya. Kita berkenalan dengan pelayan Nyi Kin yang memanjakannya dan yang menceritakan dongeng-dongeng namun tiba-tiba menghilang dari kehidupannya. Banyak kenangan-kenangan yang diceritakan pada cerpen ini.

Cinta Dan Kewajiban

Cinta dan Kewajiban adalah salah satu roman karya karya L. Wairata yang diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka,Jakarta,tahun 1941. Roman ini menceritakan tentang seorang gadis yang mengutamakan cinta dan kewajiban dalam langkah hidupnya.
Cinta ditujukan kepada suaminya,sedangkan kewajiban ditujukan pada orangtuanya Latar tempat cerita adalah Manado, Jawa, dan Ambon.
      Tokoh-tokoh dalam cerita ini adalah Annie,wanita yang berbudi luhur,baik hati,taat kepada orangtua; Ibu Annie,wanita yang baik hati dan penyabar. Dalam hidupnya, ia dihantui perasaan bersalah karena tidak perintah ibunya; Steven,ayah Annie, bertabiat buruk,suka mabuk-mabukkan dan bertindak kasar kepada anak dan istrinya; Bram pemuda terpelajar yang baik hati; Fien teman dekat Annie,yang kemudian menjadi istri Andi; Andi, kakak Annie yang menjadi tentara di Jawa; Ibu tiri Annie, wanita bertabiat buruk dan suka menghasut.
      Annie adalah seorang gadis berbudi luhur,baik hati,penyabar,dan taat dalam menjalankan ibadah. Dengan penuh kesabaran ia merawat ibunya yang sakit-sakitan. Ia juga mengurus ayahnya meskipun sering menyakitinya. Orang tuannya memiliki sifat yang bertolak belakang. Ayahnya sering mabuk-mabukan,pemarah dan bertindak kasar kepada keluarganya. Sebaliknya ibunya penyabar,penyayang,taat beragama,dan taat kepada suami. Ibunya selalu memberi nasihat kepada Annie agar berbakti kepada ayahya bagaimanapun buruknya perilaku ayahnya.
      Pada mulanya,ayah Annie memilki tabiat yang baik. Ia adalah serdadu yang bertugas di Jawa. Ketika memutuskan untuk menikahi ibunya Annie,keinginannya itu ditentang oleh orangtua calon istrinya. Walaupun demikian, mereka tetap melangsungkan pernikahan di Jawa. Pernikahan mereka membuat nenek Annie sangat marah dan mengutuk bahwa kehidupan rumah tangga mereka tidak bahagia. Ibu Annie mempercayai kutukan itu sehingga sering dihantui perasaan bersalah dan ia menjadi sakit-sakitan. Karena itulah, ibu Annie selalu menasehati anaknya agar senantiasa berbakti kepada orangtua. Menjelang ajalnya,ia berpesan agar Annie dapat membedakan antara cinta dan kewajiban. Cinta yang ia maksud ialah cinta kepada suami,sedangkan kewajiban adalah kewajiban terhadap orangtua. Ia juga berpesan agar Annie tidak menyia-nyiakan ayahnya.
      Peasan terakhir ibunya melekat dalam hati Annie dan dijadikanb landasan dalam langkah hidupnya. Annie mengurus ayahnya dengan sabar. Berkat kesabarannya itulah, sikap ayahnya berubah. Ia tidak lagi mabuk-mabukan dan bertindak kasar. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Ketika ayahnya menikah lagi,penyakit lamanya kambuh.  Suasana rumah gadi itu bertambah kacau karena ibu tiri Annie memilki perangangai yang buruk dan suka menghasut ayahnya. Ia bahkan sangat membenci Annie.
      Untuk menjalankan kewajiban terhadap orangtua pula yang mendorong Annie menolak lamaran Bram. Ia mengatakan kepada pemuda itu bahwa ia tidak akan menikah sebelum menjalankan kewajiban terhadap orangtuanya. Bram setuju alasan Annie dan ia melanjutkan sekolah ke Ambon. Namun,tak lama kemudian, tersiar kabar bahwa Bram telah bertunangan dengan Fien,teman baik Annie. Pertunangan mereka sengaja direncanakan oleh ibu tiri Annie sebab ia tidak ingin melihat Annie bahagia. Bram yang memang tidak mengetahui pertunangan itu,pulang ke Manado dan membatalkan pertunangannya. Sekalipun hubungan Bram dengan Fien telah berakhir, Annie yang berbudi luhur itu tidak mau menikah dengan Bram. Ia tidak ingin menyakiti hati Fien sehingga ia bertekad tidak akan menikah sebelum Fien menikah. Gadis itu kemudian menjodohkan Fien dengan Andi, kakak laki-lakinya yang menjadi serdadu dan bertugas di Jawa. Sebenarnya,Andi telah bertunangan dengan Poppie, namun Poppie yang pernah kecewa dalam masalah cinta memutuskan untuk tidak menikah selamannya. Itulah sebabanya, Andi memutuskan untuk menikah dengan Fien. Setelah pernikahan kakaknya,Annie menyurati Bram yang telah menjadi guru di Ambonagar ia segera meminangnya. Bram membalas surat itu dengan suka cita. 

KAU PUN TAHU ( ACEP ZAMZAM NOOR)

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Juga tak ada lagi kerinduan
Bintang-bintang yang kuburu
Semua meninggalkanku
Lampu-lampu sepanjang jalan
Padam, semua rambu seakan
Menunjuk ke arah jurang

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Juga tak ada lagi nyanyian
Suara yang masih terdengar
Berasal dari kegelapan
Kata-kata yang kusemburkan
Menjadi asing dan mengancam
Seperti bunyi senapan

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Juga tak ada lagi keindahan
Kota telah dipenuhi papan-papan iklan
Maklumat-maklumat ditulis orang
Dengan kasar dan tergesa-gesa
Mereka yang berteriak lantang
Tak jelas maunya apa

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Juga tak ada lagi persembahan
Aku sembahyang di atas comberan
Menjalani sisa hidup tanpa keyakinan
Perempuan-perempuan yang pernah kupuja
Seperti juga para pemimpin brengsek itu –
Semuanya tak bisa dipercaya

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Juga tak ada lagi yang perlu dinyatakan
Pidato dan kentut sulit dibedakan
Begitu juga memuji dan mengutuk
Mereka yang lelap tidur
Bangunnya selalu kesiangan
Padahal ingin disebut pahlawan
---

BUKU HARIAN PRAJURIT (Mansur Samin)

Malam tengadah di atas kaca
akan sepi bermukim asing di sini
napas sisi jendela, jeriji besi-besi tua
menghisap angin dingin atas kekerdilan hati
Mengapa palu itu tak segera memutus
apah mereka tahu aku bukan pembunuh
hukum dunia mengnal noda untuk kira-kira
dada bunda hanya kenal sorga atau neraka

Malam tengadah di atas kaca
jauh dari hati melebur hari-hari pergi
kalung mentega, lonceng gereja dan layap mata
diliput batin ini antara hidup dan mati

kalaupun sesal tinggal dendam
berbeda harap dengan permintaan
Demi hukum keadilan, haii anak lajang!
tabir dosa kekal adalah garis penyelesaian
memberatimu saksi tangan, titik bukti tebal
adakah misal satu-satunya kau kenal?
Begitu hati, wahai hati yang takut mati
sampaikan salam dunia dan diri sepi
kuyup mata, ruang dahaga dan doa setiap bunda
tiada mengharapkan dosa

Demi hukum keadilan haii anak lajang!
kami bawakan pelita melewati jalan-jalan sesal
kitab suci, sumpah murni dan tangis hati
akan memberkahi segi-segi yang bakal lahir

Dalam pemeriksaan dan misal kelanjutan
lenyap nilai jawab di tubuh jatuh terlentang
Dari hati yang tersirat, pengadilan yang terhormat!
aku bukan pembunuh Tuhan pun tahu
hidup ini bermain pada kira-kira dan sia-sia
dosa kita mencari bukti dalam misal
Jika salamku hilang ke tengah dunia
kasih pada hari-hari silam belum berakhir
dengan dosaku dan kemelut tahun yang berduka
tinggal garis henti, semua kata hilang arti
(Konfrontasi, No. 32, 1959)

ANGKATAN 45

Merdeka...Merdeka...Merdeka....!!!!
Berkaitan dan bertepatan dengan Hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesa yang ke-66 yang jatuh pada hari ini maka pembahasan untuk kali ini yakni mengenai Periodisasi Sastra Indonesia '' ANGKATAN 45. '' Berikut pembahasan singkatnya;


Angkatan 45

      Penamaan ini atau istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Rosihan Anwar dalam majalah siasat, 9 Januari 1949 sebagai nama yang diberikan kepada para sastrawan kesusastraan modern Indonesia yang berkarya di sekitar penjajahan Jepang,masa kemerdekaan,dan beberapa tahun sesudahnya. Selain mengusulkan nama '' Angkatan 45 '' , Rosihan Anwar menyebut juga angkatan itu dengan istilah '' Angkatan Kemerdekaan.''   Melalui buku Kesusastraan Indonesia Modern dalam kritik dan essai dengan artikel khusus yang berjudul angkatan 45,H.B. Jassin membentangkan seluk beluk tentang angkatan 45. Tulisannya antara lain,bahwa telah nyata di masa Jepang telah timbul suatu angkatan  yang merasa lain dari para sastrawan yang digolongkan ke dalam satrawan Pujangga Baru.
      Jassin juga memberi nama Angkatan 45. Menurut Jassin,cirinya ialah revolusioner dalam sikap hidup dan visi,bergaya ekspresif yang mendarah daging,tidak mengabdi kepada suatu isme atau paham tertentu,tetapi mengabdi kepada kemanusiaan yang mengandung segala yang baik dari sekalian isme. Para pengarang yang termasuk angkatan 45 ini antara lain Chairil Anwar,Asrul Sani,Rivai Apin,Usmar Ismail,Idrus,Pramoedya Ananta Toer,Ida Nasution,Utuy Tatang Sontani,Balfas,dan J.E Tatengkeng.
Pada angkatan 45 ,penyair Chairil Anwar dianggap sebagai pelopornya. Karena itu angkatan ini sering juga disebut dengan Angkatan Chairil Anwar.
Angakatan ini lahir dianggap sebagai koreksi terhadap angkatan Pujangga Baru.
      Konsep seni angkatan ini dituangkan dalam '' Surat Kepercayaan Gelanggang '' tanggal 18 Februari 1950,setahun setelah meninggalnya penyair Chairil Anwar. Di dalam pernyataan Konsepnya itu,Angkatan 45 menyebutkan bahwa,'' Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri'',dalam penemuan kami kami mungkin tidak selalu asli; yang pokok ditemui itu ialah manusia. Dalam caranya mencari,membahas,dan menelaah kami membawa sifat kami sendiri...

Demikian sekilas bahasan mengenai Periodisasi Sastra Indonesia Angkatan 45. Semoga bermanfaat.

HANYUT AKU ( Amir Hamzah)

Hanyut aku, kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganmu, tolong aku.
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hati,
tiada air menolak ngelak.
Dahagaku kasihmu, hauskan bisikmu, mati aku
sebabkan diammu.
Langit menyerkap, air berlepas tangan, aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam.
air diatas mendidih keras.
Bumi dibawah menolak keatas.
Mati aku, kekasihku, mati aku!

Dari Bintang Ke Bintang ( Usman Awang)



Ketika mata saling menyapa senyum berbunga
Tasik hati mu mencecah jiwaku mesra
Betapa debar dada kurnia alam kasih bertakhta
Kau datang tanpa suara, menjamahku tanpa sabda

Subur laksana ladang petani di lereng gunung
Ranum menguntum dalam wujud rasa maha agung
Mata yang memberi hati ini penuh menanti
Kureguk kasih menghadapi hidup seluruh berani

Kini kulihat kepalamu tersandar di jinjang pelamin
Rambutmu tersanggul terandam mengilau di cahaya lilin
Gemersik kainmu membisikkan bahagia malam pengantin
Melimpah tumpah bahagia dalam tawa teman keliling

Ketika malam kulihat matamu pada bintang
Senyummu melambai di gemilang sinar bulan
Dari bintang ke bintang kunantikan lagumu
Hanya kerdipan dalam bisu suara hatiku bimbang

Jika aku berdiri di muka jendela hati terluka
Bulan sedang mengintai di balik awan kusapa
Angin yang datang dari pelaminmu kutanya
Ia bisa mengabarkan saat adinda sedang bahagia

Menuju ke Laut (Sutan Takdir Alisjahbana)

Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun,
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun,
dari mimpi yang nikmat.

Ombak riak berkejar-kejaran
di gelanggang biru di tepi langit.
Pasir rata berulang di kecup,
tebing curam ditentang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega.

Sejak itu jiwa gelisah
Selalu berjuang tiada reda.
Ketenagan lama serasa beku,
gunung pelindung rasa pengalang.
Berontak hati hendak bebas,
menyerang segala apa mengadang.

Gemuruh berderau kami jatuh,
terhempas berderai mutiara bercahaya.
Gegap gempita suara mengerang,
Dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti,
pekik dan tempik sambut menyambut.

Tetapi betapa sukanya jalan,
bedana terhembas, kepala tertumbuk,
hati hancur, pikiran kusut, namun kembali tiada ingin
namun kembali diada angin,
ketenangan lama tiada diratap.

Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun,
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun,
dari mimpi yang nikmat.

Sajak Sebatang Lisong (W S Rendra)

menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka

matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan

aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan

delapan juta kanak - kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya
..........................

menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan

dan di langit
para teknokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

gunung - gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes - protes yang terpendam
terhimpit di bawah tilam

aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian

bunga - bunga bangsa tahun depan
berkunang - kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samodra
.................................

kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat - diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata

inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan

RENDRA
( itb bandung - 19 agustus 1978 )

Syair Orang Lapar (Taufik Ismail)

Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau

1964

BUAH RINDU

      Kumpulan sajak karya Amir Hamzah,diterbitkan oleh Dian Rakyat,Jakarta,merupakan kumpulan-kumpulan sajak yang ditulis dan diterbitkan pertama kali tahun 1941. Sampai tahun 1992 sudah dicetak sembilan kali. Sajak-sajak dalam dalam kumpulan ini bernada keputusasaannya. Bunga merupakan perumpamaan yang di ambil Amir Hamzah untuk menyatakan rasa keindahan. Bahasa-bahasa kiasnya demikian halus yang diwarnai pantun-pantun Melayu.
      Buku puisi ini memuat 28 judul sajak:
Cempaka; Cempaka Mulia; Purnama Raya; Buah Rindu; Buah Rindu II; Buah Rindu III; Buah Rindu IV; Kusangka; Tinggalah; Tuhanku Apatah Kekal; Senyum Hatiku,Seyum; Teluk Jayakarta; Hang Tuah; Ragu; Bondai I; Bondai II; Dagang; Mabuk; Sunyi; Kamadewi; Kenang-kenagan; Dalam Matamu; Malam; Berlagu Hatiku; Harum Rambutmu; Berdiri Aku; Pada Senja; dan Naik-naik;

AKU INGIN (Sapardi Djoko Damono)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

AOH K. HADIMADJA

Aduh lapar!!!!! Ya lah lapar orang lagi puasa..hehe..
Mungkin kalian juga merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rasakan sekarang,lapar tentunya. Ya oleh karena itu kalau orang sunda bilang ''tambih kesel'' atau kata lainnya ''daripada jenuh'' maka saya akan bahas sedikit tentang sesorang yang tentunya seseorang tersebut memiliki keterkaitan dengan sastra.

AOH K.HADIMADJA

Kenal dengan nama tersebut? Atau masih asing ditelinga?
Saya yakin mungkin sebagian dari kalian telah mendengar atau bahkan mengetahui tentang seseorang tersebut dan saya yakin pula masih banyak dari kalian yang tidak mengenal dan tidak mengetahui tentang beliau,dan masih asing ditelinga bukan?
Langsung saja saya tidak akan berlama-lama dan tidak akan bertetele karena itu dapat menyebabkan serangan jantung impotensi dan..eh kok malah ngaco ya....hehe.. Berikut Profil singkat beliau..

Beliau seorang penulis yang dilahirkan di Bandung,tanggal 15 September 1911,dan meninggal di Jakarta pada tanggal 17 Maret 1973. Pendidikan terakhir MULO. Beliau pernah bekerja di perkebunan Parakan Salak (Sukabumi),Pusat Kebudayaan,Balai Pustaka,kemudian Mimbar Umum (Medan,1950-1952),Sticusa Amsterdam(1952-1956),dan terakhir di BBC London Seksi Indonesia (1956-1970).
Pada tahun 1972 beliau menerima anugerah Seni dari pemerintah RI. Beliau merupakan adik kandung dari sastrawan Achdiat Karta Mihardja (Kenal dengan beliau? bagi yang  belum bisa baca pada postingan sebelumnya). Beliau menulis dalam bentuk kumpulan sajak,kumpulan cerpen,novel dan kajian sastra. Selain itu ia juga menjadi editor untuk buku referensi. Berikut beberapa karya beliau :
- Zahra (kumpulan sajak , 1950)
- Beberapa Paham Angkatan 45 (Ed., 1952)
- Pecahan Ratna (kumpulan sajak,1952)
- Manusia dan Tanahnya (kumpulan cerpen,1952)
- Seni Mengarang (studi/kajian,1971)
- Aliran Klasik Romantik, dan Realisme dalam Kesusastraan (studi/kajian,1972)
- Poligami (kumpulan cerpen,1972)
- Darah Terhamparlah Darah yang Kuning Laut yang Biru...(Novel,1975), dan
- Sepi Terasing(novel,1977)

Sekian profil singkat beliau. Saya kasih bonus sebuah pantun...hehe

Banyak agama aliran sesat
jangan sampai kita terpengaruh
semoga infonya bermanfaat
Assalamualaikum Warahmatullohi wabarakatuh....

Dinullah Rayes

Profil Singkat

Penulis ini dilahirkan di Sumbawa besar,Sumbawa,tanggal 17 Februari 1937,dan hingga kini menetap dan bekerja di kota kelahirannya ini. Kumpulan sajaknya : Anak Kecil Bunga Rumputan dan Capung Ramping(1979),Hari Ulang Tahun (1980),Kristal-Kristal(bersama Diah Hadaning,1982),dan Nyanyian Kecil.

search

About

Seluk Beluk Sastra