Bila Malam Bertambah Kelam

Bila Malam Bertambah Kelam adalah karya Putu Wijaya yang ditulis tahun 1964.Novel ini baru diterbitkan pada tahun 1971 oleh Pustaka Jaya,Jakarta.
      Bila Malam Bertambah Kelam menceritakan tentang percintaan antara dua orang yang berbeda status sosial. Rasa cinta itu baru terwujud setelah usia keduanya berada diujung senja.
      Latar tempat dari cerita ini adalah Bali dan Yogyakarta. Tokoh-tokoh cerita ini adalah I Gusti Ngurah Ketut Mantri;suami dari Gusti Biang yang gugur tertembak oleh Belanda; Gusti Biang:seorang janda yang merasa bangga akan kebangsawanan mendiang suaminya; Ngurah; anak tunggal Gusti Biang; Wayan; seorang wanita miskin yang dibesarkan oleh Gusti Biang dan menjadi pembantu Gusti Biang yang setia; Nyoman; teman sepermainan I Gusti Ketut Mantri,yang kemudian menjadi pembantu Gusti Biang yang setia.
      Seorang bangsawan bernama I Gusti Ngurah Mantri,mati tertembak Belanda pada masa perang kemerdekaan. Ia meninggalkan seorang anak laki-laki bernama Ngurah dan seorang istri yang juga keturunan bangsawan,bernama Gusti Biang. Sampai masa tuanya,Gusti Biang menganggap bahwa I Gusti Ngurah Mantri adalah pahlawan kemerdekaan yang gugur tertembak oleh Belanda. Ia merasa bangga istri seorang pahlawan.
      Ketika anaknya ,Ngurah,menginjak remaja,ia melanjutkan sekolah di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Namun ia gagal dan kembali ke kampung halaman. Kepulangan Ngurah disambut Ibunya dengan suka cita karena ia memang tidak ingin berpisah dari anak semata wayangnya itu.
      Gusti Biang merasa bangga. Dengan kebangsawanannya pun ia merasa bangga. Dengan demikian ,ia memiliki martabat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang di sekelilingnya. Sepeninggal suaminya ,dalam menjalani hidupnya,Gusti Biang ditemani oleh dua pelayan yang setia yaitu Wayan dan Nyoman. Wayan adalah teman akrab I Gusti Ketut Manti,suami Gusti Biang,yang kemudian menjadi pembantu di rumahnya selama hampir dua puluh lima tahun. Nyoman adalah anak dari keluarga miskin dari desa Meiling yang dibesarkan oleh keluarga Gusti biang. Nyoman menjalin hubungan cinta dengan Ngurah. Akan tetapi,hubungan kedua insan ini tidak diketahui oleh Gusti Biang.
      Kedua pembantu itu setia kepada majikannya walaupun Gusti Biang memperlakukan mereka dengan sewenang-wenang.Majikan mereka yang mulai pikun kerapkali menghina da mencaci maki.Ia tidak pernah menghargai kesetiaan dan pengabdian mereka.Wayan selalu berusaha menahan diri untuk bersabar  menerima perlakuan majikannya.Tidak demikian halnya dengan Nyoman.Ia sering berniat untuk melarikan diri dari rumah tangga majikannya kalau saja Wayan tidak berusaha menahannya.
      Suatu ketika,perlakuan Gusti Biang terhadap kedua pembantunya itu telah melewati batas. Hal itu membuat Nyoman merasa tidak lagi sanggup bertahan menghadapinya dan ia pun melarikan diri tanpa sepengetahuan Wayan. Mengetahui kepergian Nkecanyoman yang mendadak itu,Wayan merasa sangat kecewa. Gusti Biang justru merasa senang atas kepergian gadis itu. Ia telah mengusirnya karena dengki dengan kecantikan gadis itu. Namun,sebelum gadis itu meninggalkan rumah,Gusti Biang menyebutkan sejumlah uang yang ia keluarkan selama gadis itu tinggal di rumahnya.
      Wayan tinggal sendirian melayani wanita tua itu. Perilaku Gusti Biang kepada pembatunya ini tidak berubah. Kesabaran Wayan Habis. Ia berniat membongkar rahasia yang selama ini ia simpan. Ia menceritakan bahwa nyoman, pembantu wanita yang telah diusirnya adalah tunagan Ngurah. Kedua insan ini telah lama memadu kasih sayang.
      Mendenganr hal ini,Gusti Biang sangat marah. Pertengkaran antara kedua orang ini tidak dapat dihindari. Dari pertengkran ini terungkap bahwa istri Gusti Biang bukanlah pahlawan,melainkan mata-mata NICA.
      Karena Wayan yakin bahwa pertengkaran mereka tidak akan berakhir, ia memutuskan untuk meninggalkan majikannya dan pulang kedesanya. Ngurah menemui ibunya dan menceritakan keinginannya untuk meminang Nyoman sebagai istrinya. Tentu saja,hal itu membuat Gusti Biang semakin marah.
      Apalagi ia melihat Wayan hendak pergi dari rumahnya sambil menyandang bedil kepunyaannya. Bedil itulah yang telah menewaskan suaminya. Ia bersikeras bahwa bedil itu adalah miliknya, bukan milik Wayan. Namun,dengan tegas Wayan menyatakan bahwa bedil itu miliknya dan dialah yang menembakan bedil itu kepada I Gusti Ngurah Mantri. Pada masa itu, Wayan adalah anggota Ciung Wanara yang bertugas menembak mata-mata NICA. Wayanlah yang menembak suami dari Gusti Biang. Hal itu dilakukan Wayan, karena I Gusti Ketut Mantri adalah pengkhianat.
       I Gusti Ketut Mantri adalah seorang banci. Ia menikahi kelima belas istrinya hanya untuk menutupi kemandulannya. Bahkan,Wayan membeberkan bahwa Gusti Biang adalah kekasih Wayan. Karena Wayan bukan dari golongan bangsawan,Gusti biang lebih memilih I Gusti Ketut Mantri sebagai suami. Rahasia lain yang dibongkar Wayan ialah tentang Ngurah, yang selama ini diketahui orang adalah anak Gusti Biang. Ternyata Ngurah adalah anak kandung Wayan. Disinilah Ngurah baru mengetahui bahwa yang selama ini dianggapnya pembantu ternyata adalah ayah kandungnya.
       Semua itu diakui oleh Gusti Biang. Dalam hatinya,sebenarnnya ia masih mencintai Wayan. Akhirnya Gusti Biang menyetujui pernikahan Nyoman dengan Ngurah. Ngurah senang bukan main,ia segera menyusul Nyoman ke desannya. Setelah kepergian Ngurah,kedua orang yang pernah memiliki jalinan cinta di masa mudanya itu sama-sama tertunduk. Gusti Biang dan Wayan sama-sama meneteskan mata. Dua manusia yang sudah berangkat tua ini kemudian tenggelam dalam perasaan cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

search

About

Seluk Beluk Sastra