TIRAI MENURUN

Novel karya Nh. Dini, diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 1993. Novel ini disusun seperti adegan-adegan pertunjukkan wayang orang, yang menyuguhkan babak demi babak kehidupan empat tokohnya: Kedasih, Kintel, Sumirat, dan Wardoyo. Novel ini menggunakan teknik penceritaan orang ketiga, pengarang menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh-tokohnya. Penggunaan teknik penceritaan ini menjadi menarik apabila dibandingkan dengan novel-novel Nh. Dini sebelumnya yang hampir selalu menggunakan teknik penceritaan akuan (orang pertama).
      Pemaparan dimulai ketika Republik Indonesia Serikat baru kembali menjadi negara kesatuan. Arus pendatang memasuki Semarang dari segala penjuru. Berasal dari empat desa. Tokoh-tokoh kisah ini bertemu di kota. Pada siang hari mereka hidup menurut jalan yang digariskan nasib sebagai rakyat jelata yang papa, dibebani selaksa kebutuhan tak terpenuhi. Di waktu malam, bermandikan sinar listrik dan pantulannya yang gemerlapan pada ribuan perada serta manik-manik, mereka menjelma menjadi puteri dan pangeran kerajaan yang cantik dan tampan, resi atau pertapa yang bijak berilmu tinggi, raja agung adikuasa, bahkan sebagai dewa dewi atau binatang gaib yang tak terbatas kesaktiannya.
      Mereka hidup dalam kungkungan dua dunia: nyata dan impian. Akan tetapi, itulah dunia yang mereka pilih dengan kerelaan yang tulus. Sang dalang berhak mengatur serta merangkai alur cerita dan peristiwa di pentas. Tanpa sadar, di panggung kehidupan ia terjerat oleh rangkaiannya sendiri. Namun, dialah yang mengakhiri pertujukkan. Dia sempat menancapkan gunungan di tengah-tengah layar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

search

About

Seluk Beluk Sastra