TANPA NAMA DOMBA-DOMBA REVOLUSI

Domba-domba Revolusi merupakan karya B. Soelarto yang terbit tahun 1964. Permasalahan yang ditampilkannya adalah tentang orang-orang yang mengikuti perjuangan karena memiliki maksud tersembunyi yang tidak terkait dengan upaya untuk membela tanah air dan bangsa. Seting ceritanya sekitar tahun 1948. Tokoh-tokohnya, antara lain: Pedagang, seseorang yang ikut hijrah karena ingin menagih utang kepada pemimpin pasukan republik, Profesor Tabib, seseorang yang menyuplai obat-obatan; Wanita pemilik losmen, seorang wanita, ibu tiri penyair; Penyair, anak tiri pemilik losmen. Ia gugur dalam membela tanah airnya.
      Tentara republik pertahanan di kota tengah di sebuah losmen sederhana ketika mereka bermaksud melarikan diri ke kota selatan. Tentara musuh telah mengetahui rencana keberangkatan mereka ke kota utara dan melakukan penyerangan kepada mereka. Pihak musuh belum merasa puas sebelum berhasil menghancurkan tentara republik sampai ke akar-akarnya.
      Dalam losmen tersebut terdapat seorang wartawan, penyair dan pasukan Gagak Lodra yang bertugas menjaga ketiga orang penting dalam tentara republik, seorang profesor yang bernama Tabib, dan seorang pedagang yang banyak membantu perjuangan tentara republik dengan menyuplai bahan makanan kepada anggota tentara republik. Sebenarnya, ia bukanlah pejuang dan bukan pula pembela tentara republik. Tujuannya mengikuti rombongan tentara Republik adalah untuk menagih utang sebesar dua juta kepada pimpinan pasukan yang berjanji akan membayarkan bila mereka telah sampai di kota selatan. Demikian pula halnya dengan Profesor Tabib yang bertugas menyediakan obat-obatan bagi pejuang tentara republik. Namun, keduanya tidak berhasil tiba di kota selatan karena tewas terbunuh. Pedagang itu mati tertembak peluru musuh atas fitnah dan pengkhianatan yang dilakukan oleh Profesor Tabib dan sang Profesor pun mati dibunuh oleh wanita pemilik losmen, setelah sang Profesor bermaksud memperkosa dirinya.
      Wanita pemilik losmen itu ternyata adalah ibu tiri sang penyair. Pertemuan tak terduga itu menimbulkan benih-benih cinta diantara keduanya, namun mereka tidak dapat bertemu lebih lama karena wanita pemilik losmen itu kemudian mati bunuh diri dengan keris pusakanya sendiri, sedangakan si penyair mati tertembak peluru musuh ketika ia berusaha mempertahankan bangsanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

search

About

Seluk Beluk Sastra