RINTIHAN BURUNG KEDASIH

Novel karya Pandir Kelana, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 1992, tebal 402 halaman. Di bawah judul novel ini tercantum subjudul: Sebuah Roman Revolusi '45; 1948/49. Novel ini pertama kali terbit tahun 1984. Dalam roman ini diceritakan bahwa Kerajaan Belanda tidak merasa terikat lagi dengan Persetujuan Renville, yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948. Dengan memanfaatkan keadaan dalam negeri Republik Indonesia yang sedang menumpas pemberontakan PKI-Madium, pasukan-pasukan Kerajaan Belanda menyerbu masuk kedalam wilayah Republik Indonesia. 
      Empat orang pemuda, Handoyo, Jayadi, Hidayat dan Musa yang semuanya berpangkat letnan TNI sedang dalam perjalanan dari Yogya menuju daerah penugasannya di Karesidenan Pati, ketika pihak Belanda menyerbu. Mereka masih sempat menyaksikan bumi hangus kilang dan sumber-sumber minyak di Cepu. Set serangan Biba kembali di daerah tugas masing-masing langsung mereka menyiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi serangan Belanda. 
      Melalui novel Rintihan Burung Kedasih, pembaca diajak ikut menghayati peristiwa Perang Rakyat Semesta yang sangat kompleks itu. Perang Rakyat Semesta atau lazim dinamakan Perang Gerilya, tidak hanya melibatkan pejuang-pejuang bersenjata, tetapi juga menggalang kekuatan seluruh rakyat yang cinta kemerdekaan.
      Berkat satunya tekad dan upaya rakyat, pemerintah, dan kekuatan bersenjata, akhirnya pihak Belanda harus mengakui keunggulan perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

search

About

Seluk Beluk Sastra