PUISI EKA BUDIANTA





Kenangan Pramoedya



Kamu mencintai tulang dan pori-pori
Bumi kelahiranmu dan semua bangsa
Para korban kebodohan yang terlupa


Tetapi ketika kautulis kebenaran
Kamu dijebloskan ke penjara
Buku-buku dan pembacamu teraniaya


Akan kukenang Pramoedya
Dengan seluruh keangkuhan saudaraku
Yang tidak sanggup memahami & mencintaimu


Di langit hatiku hujan telah reda
Tinggal namamu tertulis dan bersinar
Menagih cintaku pada bumi manusia

      (2006)


Perjalanan Sungai 
     (1)

Sungai yang dulu menangis
Di antara batu-batu di pegunungan
Sekarang telah sampai di kota
Dan akan terus menuju ke laut


Tak lagi terdengar derai air terjun
Udara sejuk, nyanyian burung, semerbak bunga
Telah berganti panas terik dan polusi
Sampah, minyak bekas, ikan-ikan mati


Tapi aku terus mengalir
Menyilakan kapal-kapal berbeban berat
Masuk dari muara
Menyambut hangat hempasan ombak dunia


      (2)

Sungai-sungai kecil, sungai-sungai besar
Bergelora dalam hidup singkat ini
Pegunungan dan air terjun memanggil
Burung-burung mencicit
Menyulut awan putih
Menjadi lautan menyala
Menyepuh nama-namamu


Kota-kota kecil, kota-kota besar
Gemuruh dalam sunyi hati
Burung-burung menyayat sungai
Mengalirkan cinta
Di ambang usia saat butir-butir pohon
Menunggu undangan dari langit yang kekal

      (2003)

Sebelum Laut Bertemu Langit

Seekor penyu pulang ke laut
Setelah meletakkan telurnya di pantai
Malam ini kubenamkan butir-butir
Puisiku di pantai hatimu
Sebentar lagi aku akan balik ke laut.

Puisiku - telur-telur penyu itu-
mungkin bakal menetas
menjadi tukik-tukik perkasa
yang berenang beribu mil jauhnya
Mungkin juga mati
Pecah, terinjak begitu saja

Misalnya sebutir telur penyu
menetas di pantai hatimu
tukik kecilku juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
melalui desa dan kota, gunung dan hutan
yang menghabiskan usianya

Kalau ombak menyambutku kembali
Akan kusebut namamu pantai kasih
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku
bergenerasi yang lalu 

Betul, suatu hari penyu itu
tak pernah datang lagi ke pantai
sebab ia tak bisa lagi bertelur
Ia hanya berenang dan menyelam
menuju laut bertemu langit
di cakrawala abadi

     Jakarta, 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

search

About

Seluk Beluk Sastra