Sebuah Esai sederhana dari Cerpen
A.A. Navis “ Menanti Kelahiran”
Suatu perkawinan pada dasarnya diawali dengan
rasa saling mencintai , bahkan mungkin
pada umumnya disertai niat yang suci tak sebatas melampiaskan nafsu birahi.
Namun tak bisa dipungkiri , fakta sosial di masyarakat tentang perselingkuhan
seorang suami telah banyak memberi bukti, sehingga para istri banyak yang
terobsesi bahwa kepergian dan perubahan sikap sang suami, identik dengan
perselingkuhan. Fenomena ini terjadi hampir di semua kalangan, status sosial
bukanlah sebuah ukuran, Pergeseran moral sebagian masyarakat bisa saja terjadi
di kalangan orang melarat, konglomerat bahkan mungkin seorang pejabat.Namun
benarkah semua suami memiliki potensi seperti yang dituduhkan? tentu jawabnya
tidaklah demikian. Tidak adil rasanya kalau semua suami divonis seperti itu.Masih
banyak suami yang setia dan tabah untuk selalu berupaya keras membahagiakan
keluarganya,walaupun kesetiaan itu tidak selalu dibuktikan dengan kata-kata.
Disisi lain ternyata isu perselingkuhan pun tidak selamanya menjadi dominasi
kaum laki-laki.
Aa Navis dalam cerpennya yang berjudul Menanti Kelahiran mengangkat isyu sosial tersebut lewat tokoh sepasang suami
istri yang sedang menanti kelahiran anak pertamanya.
Dua
karakter yang berbeda yang diilustrasikan lewat tokoh Haris dan Lena memberikan
gambaran tentang kepedulian kalangan sastrawan untuk meluruskan pandangan
masyarakat yang keliru. Lena sang istri yang sedang hamil tua dengan karakter sensitif
dan cerewet dijadikan pigur sentral oleh sang pengarang untuk mengubah sudut
pandang negatif para istri terhadap suaminya, Sementara Haris yang ditampilkan
sebagai tokoh suami yang lebih banyak diam dan asik dengan Koran-korannya,
mengandung pesan sosial bagi para istri, bahwa perubahan sikap seorang suami
tidak selalu mengindikasikan adanya perselingkuhan.
Diamnya Haris adalah betuk kesabaran untuk
menghindari terjadinya pertengkaran, sehingga
Lena menyadari bahwa obsesinya
tak beralasan. Obsesi tentang seorang istri yang masuk penjara karena memotong
alat vital suaminya akibat cemburu buta, menyadarkan Lena bahwa itu adalah hal
yang berlebihan, sehingga dia menyesali pandangannya sendiri.
Menjelang ending cerita A.A.Navis membumbui
cerpen ini dengan mengangkat isyu sosial tentang pembantu rumah tangga. Memang, berita tentang sikap kurang terpuji seorang
majikan terhadap pembantu rumah tangga dari waktu ke waktu seolah-olah
tak ada habis-habisnya. Namun
dibalik itu, tak sedikit pula kita dengar berita tentang kenakalan
seorang pembantu terhadap majikannya. Dalam hal ini sang pengarang menyoroti
kasus ini secara bijak. Lewat dialog antara Lena dengan Haris digambarkan bahwa
pembantu rumah tangga mereka tidak ada yang bertahan lama akibat sikap Lena
yang cerewet. Melalui ilustrasi ini tersirat pesan pengarang bahwa seorang
pembantu rumah tangga sekalipun dalam kodratnya sebagai manusia tidak cukup
hanya dipenuhi haknya dalam bentuk pinansial, tetapi merekapun membutuhkan hubungan
sosial yang harmonis dengan majikannya. Sementara lewat tokoh pengemis yang
memelas-melas melamar pekerjaan sebagai pembantu dengan modal dua anak yang diperankan sebagai anak yang gagu dan
anak yang kurus tak terurus,kita sebagai pembaca awam pun akan dengan mudah
menyimpulkannya. Sementara demi anak yang dikandungnya, Lena mampu menahan rasa
jijik terhadap anak si pembantu yang
kotor dan buruk rupa, dibalik rasa jengkel, Lena berusaha berbicara santun.melalui
ilustrasi ini ,A.A. Navis menyampaikan
pesan tentang pentingnya pendidikan anak sejak dalam kandungan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar