DARDANELLA

      Kelompok sandiwara di Jakarta pada tahun 30-an yang dipimpin oleh Anjar Asmara. Pada awalnya di Sidoardjo pada 21 Juni 1926 didirikan sebuah perkumpulan pertunjukan yang nama lengkapnya The Malay Opera Dardanella oleh seorang Rusia kelahiran Penang, Malaysia. Orang tersebut bernama Willy Klimanoff yang kemudian berganti nama dengan A. Piedro. Pendiri Dardanella ini merupakan anak dari pemain sirkus kenamaan A. Klimanoff.
       Pada tahap awal, Dardanella tidak jauh berbeda dengan Komedie Stamboel. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perubahan yang cukup derastis dibanding pertunjukan Komedi Bangsawan. Perubahan antara Dardanella dengan teater-teater rombongan sebelumnya adalah, antara lain (1) Introduksi (pengenalan) seperti yang terdapat pada Komedie Stamboel dihilangkan. Pertunjukan langsung dimulai begitu layar untuk pertama kali dibuka; (2) nyanyian disampaikan hanya bila dianggap perlu. Rombongan teater sebelumnya, nyanyian merupakan hal yang wajib; (3) kebebasan improvisasi yang berlebih-lebihan dibatasi. Di dalam pementasan, pemain mulai diarahkan oleh seseorang, yang pada saat sekarang ini dapat disebut sutradara; (4) pertunjukan lebih sopan dibanding pertunjukan teater rombongan sebelumnya. Menendang bokong atau menonjok kepala lawan main untuk menciptakan kesan lucu yang terkadang tidak sopan tidak ditemukan di dalam Dardanella lebih kecil,bahkan sering kali tidak mencapai jumlah sepuluh babak.
      Pertunjukan Dardanella terus berjalan dan mendapat sambutan masyarakat sampai meninggalnya A. Piedro pada tahu 1952. munculnya peran sutradara dalam prtunjukan ini menjadikan jenis pertunjukan ini "lebih tertib," teratur, dan tidak bertele-tele. para pemain mempunyai fungsi dan tugas tersendiri diatas pentas, sesuai dengan peran yang mereka pegang. Tidak terjadi tumpang tindih peran, sehingga unsur cerita mudah dimengerti penonton. Dengan munculnya peran sutradara di dalam bentuk teater yang berdasarkan cerita (naskah) yang kemudian dijabarkan di dalam sekenario, sesungguhnya Indonesia pada waktu ini mulai memasuki babak baru dalam seni pertujukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

search

About

Seluk Beluk Sastra