DEE

      Nama lengkap penulis ini adalah Dewi Lestari Simangunsong. Ia lahir di Bandung tanggal 20 Januari 1976. Ia menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Hubungan Internasional fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Khatolik Parahiyangan,Bandung. Novelnya supernova (2001). Novelnya ini pernah menjadi salah satu novel yang laris. Supernova sering dibicarakan dalam diskusi-diskusi. Tahun 2003 terbit novelnya yang kedua supernova 2 : Akar. Ia juga dikenal sebagai pencipta lagu dan penyayi (anggota trio RIDASITADEWI/RSD),dan presenter(pembawa acara) di stasiun televisi Indonesia.

TIRANI DAN BENTENG

       Kumpulan sajak Taufik Ismail diterbitkan oleh Yayasan Ananda tahun1993. Kumpulan ii diberi kata pengantar oleh peyairnya sendiri dengan judul, "Sehabis Jam malam di Stasiun Gambir". Kumpulan ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama diberi judul Puisi-puisi Menjelang Tirani dan Benteng, terdiri atas 65 buah sajak. Bagia kedua diberi judul Tirani terdiri atas 18 buah sajak. Bagian ketiga diberi judul Benteng terdiri atas 23 buah sajak.

BALLADA ORANG-ORANG TERCINTA

      Kumpulan sajak karya Rendra. Cetakan pertama, Jakarta, 1957. Untuk tahun 1955-1956, W.S. Rendra mendapat hadiah Sastra Nasional Badan Musyawarah Nasional (SMKN) atas buku kumpulan sajak ini. Mulai cetakan kedua, 1971, buku ini diterbitkan oleh Duia Pustaka Jaya, Jakarta; cetakan ketiga, 1975, cetakan keempat, 1978; cetakan kelima, 1983; cetakan keenam, 1986.
      Buku puisi ini memuat 21 judul sajak: Ballada Kasan dan Patima, Ballada Lelaki-Lelaki Tanah Kapur, Ballada Petualang, Ballada Lelaki yang Luka, Ballada Terbuuhnya Atmo Karpo, Gerilya, Tahanan, Koyan yang Malang, Ballada Penyaliban, Ballada Ibu yag Dibuuh, Ada Tilgram Tiba Senja, Tangi, Anak yang Angkuh, Ballada Gadisnya Jami, Si Jagoan, Di Meja Makan, Ballada Penantian, Ballada Anita, Perempuan Sial, Ballada Anita, dan Ballada Sumilah.

Gurindam

Puisi lama yang terdiri dari 2 baris dalam 1 bait, bersajak a-a. Kalimat baris pertama menyatakan perbuatan dan baris kedua menyatakan akibat yang timbul dari perbuatan itu. Isinya selalu mengandung nasihat bagi para pembaca. Gurindam yang sangat terkenal adalah gurindam karya Raja Ali Haji,yang berjudul Gurindam Dua Belas.

Contoh:

Kalau terpelihara kuping
Kabar yang jahat tiada damping

Awal diingat akhir tidak
Alamat badan akan rusak

Apabila orang mudah mencatat
Pekerjaan itu membuat sesat

Barang siapa meninggalkan salat
Tiadalah hartanya berolah berkat

Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat

BELANTARA IBU KOTA

      Novel karya Umar Nur Zain,diterbitkan oleh Sinar Harapan,tahun 1982. Novel ini pernah dimuat sebagai cerita bersambaug di harian Sinar harapan tahun 1981. Novel ini dibuka dengan keberangkatan Hari dari Yogyakartameniju Kota Jakarta, naik kereta api. Ia ke Jakarta mencari Pak Subra, sesuai dengan pesan terakhir ibuya, ketika ibunya meninggal dunia. Ia berhasil menemukan rumah Pak Subra. Ia disambut baik oleh keluarga Pak Subra. Ketika bertemu dengan Pak Subra,Pak Subra menceritakan bahwa dialah yang membunuh ayah Hari. Pembuuhan itu sebenarnya bukan kemauannya, tetapi situasi dan keterpaksaan yang membuat ia berbuat demikian. Hari dapat memahami kejadian itu.
      Hari kemudian ditawari bekerja sebagai sekretaris Pak Subra. Dalam perjalanan hidupnya yang dihabiskannya di Jakarta, ia telah membuktikannya. Ia tidak mempan oleh rayuan dan bujukan beberapa wanita cantik di sekelilingnya, tidak juga oleh usaha gelap yang sebenarnya dapat mendatangkan keutugan besar baginya. Moral semacam ini sesungguhnya sulit ditemui dewasa ini.
      Dengan gaya bahasa yang lincah dan penuh imajinasi, pengarang telah mencoba menceritakan bukan saja masalah kebobrokan atau dekadensi moral sosial kita, tetapi lebih dari itu, ia juga berbicara soal hati nurani manusia secara seutuhnya.

PUISI CHAIRIL ANWAR

DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai



Maju
Serbu
Serang
Terjang

CITRA (BAYANGAN WAKTU FAJAR)

      Citra: Bayangan Waktu Fajar adalah teks drama karya Usmar Ismail, yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, tahun 1943.Drama ini sesuai dengan masa penciptaanya, terdapat hal-hal yang mempropagandakan kepentingan Jepang.
      Drama ini mengisahkan perseturuan antara dua kakak beradik dengan karakter yang bertolak belakang. Perilaku tidak terpuji, merendahkan martabat orang lain, senang berfoya-foya adalah sifat yang dianggap tidak pantas. Demikianlah pesan drama ini. Sebanyak apapun harta yang dimiliki seseorang apabila terus dihamburkan tentu akan habis. Drama ini mengisahkan  prilaku kurang terpuji dari seorang laki-laki yang terpuruk pada akhir kehidupannya.
      Tokoh-tokoh cerita ini adalah Pak Suryo; pemilik Onderneming teh Megaputih. Setelah meninggal, usahanya dilanjutkan oleh Ibu Suryo; Harsono, anak Pak Suryo. Ia tumbuh menjadi anak manja dan suka menghamburkan uang; Sutopo, kakak tiri Harsono, di tuduh oleh Harsono menghabiskan kekayaan ayahnya; Suryani, anak pungut keluarga Suryo, yang dinodai oleh Harsono, namun Harsono tidak mau bertanggung jawab. Ia akhirnya menikah dengan Sutomo.
      Pemilik perkebunan teh Onderneming teh megaputih, bernama Suryo memiliki anak lelaki bernama Harsono. Ia sangat menyayangi dan memanjakan anaknya ini. Harsono tumbuh menjadi manja, egois, dan suka menghambur-hamburkan harta. Pak Suryo juga mempunyai anak tiri bernama Sutopo. Berbeda dengan Harsono, ia adalah pemuda yang berbudi luhur, taat kepada orang tua, dan suka membantu perkebunan itu. Ia tidak keberatan ketika adik tirinya menganggapnya sebagai pekerja harian. Namun, Harsono tetap tidak menyukai kakak tirinya itu. Ia selalu berburuk sangka terhadapnya dan menuduh bahwa Sutomo bermaksud menguasai harta ayahnya.
       Pak Suryo kemudian meninggal. Onderneming Megaputih diteruskan oleh isterinya. Harsono memilih hidup di kota dan memboroskan harta ayahnya. Sutomo yang tidak ingin melihat ibunya bekerja sendiri, membantu menjalankan Onderneming Megaputih, Karena kemahiran Sutomo dalam mengelola Onderneming teh Megaputih, perkebunan itu berkembang pesat. Harsono tidak menghargai jerih payahnya. Ia bahkan menganggap kakak tirinya sebagai pekerja biasa dan mengabaikan haknya.
      Ibunya memanggil Harsono untuk kembali ke perkebunan. Ia ingin Harsono menangani perkebunan itu. sutomo menyerahkan Onderneming tersebut kepada adik tirinya. Banyak pekerja tidak menyukai Harsono karena tindakannya kasar kepada bawahannya. Ia bahkan menodai Suryani, buruh pemetik teh. Ia juga mencoba menodai Sandra, wanita cantik, yang bertabiat buruk dan sangat materialistis.
      Karena kecantikan dan kemahiran Sandra dalam merayu, Harsono jatuh kedalam jeratan wanita itu. Ia rela menghambur-hamburkan hartanya untuk menyenangkan wanita itu. Hubungan Harsono dan Sandra semakin akrab berkat bantuan Sutomo.
      Harsono dan Sandra sepakat untuk menikah. Setelah itu, mereka berangkat ke Jakarta dengan membawa sejumlah uang pemberian ibu suryo. Namun, perkawinan mereka tidak bahagia. Sandra selalu memboros-boroskan hartanya, sehingga keuangan Harsono makin lama makin menipis dan habis tak bersisa. Kini Harsono tidak mempunyai kekayaan apapun. Atas hasutan Suwanto, Sandra pergi meninggalkan Harsono. Ketika mengetahui kepergian isterinya, Harsono menjadi sangat marah.
      Pada saat yang bersamaan, Harsono didatangi oleh Sutomo dan Suryani. Mereka datang untuk minta pertanggungjawaban Harsono. Namun, Harsono tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Ia bahkan memaki-maki kedua orang itu sehingga suasana bertambah tegang. Sutopo menahan emosinya, sehingga tidak terjadi pertengkaran diantara mereka.
      Beberapa hari kemudian, Sandra menemui Harsono untuk menuntut cerai. Harsono menolak permintaan itu. Ia menegaskan bahwa sepantasnya suami isteri itu selalu bersama dalam menanggung kesusahan dan kesenangan. Mendengar penuturan suaminya, Sandra mengatakan bahwa ia menikah denganya bukan karena cinta, melainkan karena harta. Karenasuaminya tidak berharta lagi, ia tidak berniat meneruskan rumahtangga mereka. Harsono sangat marah mendengar jawaban istrinya. Ia menampar Sandra dan mencekiknya hingga wanita itu tewas.
      Dalam keadaan yang sangat kacau. Harsono melaporkan kematian istrinya kepada polisi. Namun, hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa kematian Sandra disebabkan penyakit jantung yang menyerang tiba-tiba, bukan karena penganiayaan. Setelah kejadian itu, Harsono memutuskan kembali ke kampung halamannya untuk melihat keluarganya terakhir kalinya. Setelah itu, ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya.
      Sementara itu, Sutopo menikah dengan Suryani. Pikiran Sutopo sedang melayang-layang ke masa lalu pada saat Suryani masih remaja. Ia sering mendengar dentingan piano Suryani menyanyikan lagu Citra, yaitu bayangan waktu fajar yang diciptakan oleh Comel Simanjuntak, salah seorang temannya yang menjadi pujangga musik dahulu. Kini takdir tuhan telah menentukan Suryani sebagai istrinya.
      Harsono mengakui kesalahannya di hadapan ibunya. Ia sadar semua prasangka buruk kepada kakak tirinya tidak benar. Ia mengaku bahwa kakak tirinyalah yang telah menyelamatkannya.

Nasehat Ramadhan (Buat Mustafa Bisri)

Mustafa
Jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau
selalu mengatakan Ramadhan bulan ampunan
Apakah hanya menirukan nabi? atau
dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihan yang
menggerakkan lidahmu begitu

Mustafa
Ramadhan adalah bulan antara dirimu dan tuhanmu
dari hanya untuk-Nya
dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkannya kapadamu
semua yang khusus untuk-Nya khusus untukmu


Mustafa
Ramadhan adalah bulan-Nya yang Ia serahkan padamu
dan bulan
serahkanlah semata-mata pada-Nya
bersucilah untuk-Nya
bershalatlah untuk-Nya
berpuasalah untuk-Nya
berjuanglah melawan dirimu sendiri untuk-Nya
Sucikanlah dirimu berpuasalah
sucikan tanganmu berpuasalah
sucikan mulutmu berpuasalah
sucikan hidungmu berpuasalah
sucikan wajahmu berpuasalah
sucikan matamu berpuasalah
sucikan telingamu berpuasalah
sucikan rambutmu berpuasalah
sucikan kepalamu berpuasalah
sucikan kakimu berpuasalah
sucikan tubuhmu berpuasalah
sucikan hatimu, sucikan pikiranmu berpuasalah
sucikan dirimu

Mustafa
bukan perutmu yang lapan, bukan tenggorokan kering
yang mengingatkan kedhaifan dan melembutkan rasa
perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa
barang kali lebih sabar sedikit dari mata, tangan, kaki dan kelamin
lebih tahan sedikit berpuasa
tapi hanya kau yang tahu
hasrat dikekang untuk apa dan untuk siapa

puasakan kelaminmu untuk memuasi ridho
puasakan tanganmu untuk menerima kurnia
puasakan mulutmu untuk merasai firman
puasakan hidungmu untuk menghirup wangi
puasakan wajahmu untuk menghadap keelokan
puasakan matamu untuk menatap cahya
puaaskan telingamu untuk menangkap merdu
puasakan rambutmu untuk menyerap belai
Puasakan kepalamu untuk menekan sujud
puasakan kakimu untuk menapak sirat
puasakan tubuhmu untu meresapi rahmat
puasakan hatumu untuk menikmati hakikit
puasakan pikiranmu untuk meyakini kebenaran
puasakan dirimu untuk menghayati hidup
TIDAK!!
puasakan hasratmu hanya untuk hadirat-Nya
Mustafa
Ramadhan bulan suci katamu
kau menirukan ucapan nabi?
atau kau telah merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu?
tapi bukankah kau masih selalu menunda-nuda
menyingkirkan kedengkian, keserakahan, ujub, riya, takabbur
dan sampah-sampah lainnya yang mampat dalam comberan hatimu

Mustafa
inilah bulan baik saat baik untuk kerja bakti membersihkan hati
inilah bulan baik saat baik merobohkan berhala dirimu
yang secara terang-tarangan dab sembunyi-sembunyi kau puja selama ini
atau akan kau lewatkan kesempatan ini
seperti Ramadhan lalu

Dikutip dari deklamasi puisi Gus Mus

Dalang

Orang yang memainkan (mengatur,menggerakkan) wayang (wayang kulit,dan wayang golek) dengan cara bersembunyi di balik layar dan sekaligus mengucapkan kata-kata yang seharusnya diucapkan oleh para pelaku dengan menggunakkan berbagai variasi suara (suara anak-anak,suara perempuan,suara laki-laki,suara raksasa,dan sebagainya, sesuai dengan identitas pelaku wayang yang disuarakannya. Dalang memiliki kemampuan fisik yang prima ketika melakukan pementasan karena ia harus sanggup duduk selama beberapa jam. Pertunjukan wayang biasanya berlangsung satu malam suntuk. Bagian-bagian penting yang berisi hal-hal yang bersifat filosofis justru disampaikan oleh dalang pada tengah malam atau atau pada dua pertiga malam. Dalang dapat melakukan improvisasi di dalam menyampaikan pertunjukan wayang. Semakin kreatif seorang dalang dalam menyajikan pertunjukan wayang,masyarakat penikmatnya akan semakin senang menyaksikan pertunjukannya.
      Disamping memperoleh keterampilan mendalang melalaui proses belajar,tidak sedikit para dalang menguasainya karena faktor keturunan. Maksudnya kepiawaian mendalang dari seorang ayah dapat diturunkan kepada anaknya,dan seterusnya.  Di dalam menyampaikan cerita,pada umumnya dalang menyampaikan dalam bahasa daerah. Wayang kulit atau wayang purwa dalam bahasa jawa dan wayang golek dalam bahasa sunda. meskipun dianggap melanggar ketentuan,karena faktor tertentu ada juga dalam yang menggunakan bahasa indonesia di dalam menyajikan pementasan wayangnya. Saat ini sudah ada sekolah/kursus dalang yang peminatnya bahkan berasal dari mancanegara,seperti Inggris,Belanda,dan Amerika Serikat.

Bombastis

Istilah gaya bahasa. Bombastis ialah gaya bahasa yang menggunakan kata yang muluk-muluk atau ucapan yang indah-indah,tetapi isi ucapan itu umumnya tidak dapat dipercaya. Contoh : seandainnya saya menjadi raja,akan saya bangun desa ini menjadi desa yang menarik,saya akan bahagiakan semua anak yatim,dan saya tingkatkan kehidupan masyarakat. Biasanya ungkapan atau kalimat bombastis ini bertujuan sejenak menarik perhatian pembaca.

Aku Ingin (Sapardi Djoko Damono)

aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya debu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

DARDANELLA

      Kelompok sandiwara di Jakarta pada tahun 30-an yang dipimpin oleh Anjar Asmara. Pada awalnya di Sidoardjo pada 21 Juni 1926 didirikan sebuah perkumpulan pertunjukan yang nama lengkapnya The Malay Opera Dardanella oleh seorang Rusia kelahiran Penang, Malaysia. Orang tersebut bernama Willy Klimanoff yang kemudian berganti nama dengan A. Piedro. Pendiri Dardanella ini merupakan anak dari pemain sirkus kenamaan A. Klimanoff.
       Pada tahap awal, Dardanella tidak jauh berbeda dengan Komedie Stamboel. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perubahan yang cukup derastis dibanding pertunjukan Komedi Bangsawan. Perubahan antara Dardanella dengan teater-teater rombongan sebelumnya adalah, antara lain (1) Introduksi (pengenalan) seperti yang terdapat pada Komedie Stamboel dihilangkan. Pertunjukan langsung dimulai begitu layar untuk pertama kali dibuka; (2) nyanyian disampaikan hanya bila dianggap perlu. Rombongan teater sebelumnya, nyanyian merupakan hal yang wajib; (3) kebebasan improvisasi yang berlebih-lebihan dibatasi. Di dalam pementasan, pemain mulai diarahkan oleh seseorang, yang pada saat sekarang ini dapat disebut sutradara; (4) pertunjukan lebih sopan dibanding pertunjukan teater rombongan sebelumnya. Menendang bokong atau menonjok kepala lawan main untuk menciptakan kesan lucu yang terkadang tidak sopan tidak ditemukan di dalam Dardanella lebih kecil,bahkan sering kali tidak mencapai jumlah sepuluh babak.
      Pertunjukan Dardanella terus berjalan dan mendapat sambutan masyarakat sampai meninggalnya A. Piedro pada tahu 1952. munculnya peran sutradara dalam prtunjukan ini menjadikan jenis pertunjukan ini "lebih tertib," teratur, dan tidak bertele-tele. para pemain mempunyai fungsi dan tugas tersendiri diatas pentas, sesuai dengan peran yang mereka pegang. Tidak terjadi tumpang tindih peran, sehingga unsur cerita mudah dimengerti penonton. Dengan munculnya peran sutradara di dalam bentuk teater yang berdasarkan cerita (naskah) yang kemudian dijabarkan di dalam sekenario, sesungguhnya Indonesia pada waktu ini mulai memasuki babak baru dalam seni pertujukan.

SUPERNOVA

      Judul lengkap novel ini adalah Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Novel karya Dee, diterbitkan oleh Truedee Books, Bandung, cetakan pertama: Februari 2001; cetakan kedua: Maret 2001; cetakan ketiga: April 2001; cetakan keempat:Juni 2001,tebal 219 halaman.
      Di bawah judul kulit muka buku ini dinyatakan bahwa novel ini bestseller. Pada bagian awal buku disajikan "Cuap-cuap Penerbit", "Cuap-cuap Penulis", daftar isi, yang setiap bagiannya dinyatakan sebagai keping-keping. Misalnya: ''Keping I:Yang Ada Hanyalah ADA"; "Keping 2: Kesatria"; "Keping 3: Keresahan yang Terabaikan"; Keping 4: "Puteri"; dan seterusnya sampai "Keping 33: Segalanya Ada Padamu". Novel ini disertai catatan kaki, bibliografi, dan indeks, serta iklan hilangnya seekor anjing, disamping komentar nonpakar dan komentar pakar terhadap novel ini.
      Bambang Sugiharto mengatakan bahwa novel ini merupakan sebuah petualangan intelektualyang menerabas segala sekat disipliner; semacam perselingkuhan visioner yang mempesona antara fisika, psikologi, religi, mitos dan fiksi. Novel ini tidak hanya menggoda, tetapi juga penting. Arswendo Atmowiloto mengomentari novel ini sebagai sebuah karya yang kehangatanya menyengat. Novel ini unik, baru dan memukau. Jakob Sumardjo mengatakan bahwa novel ini menarik, merupakan karya sastra intelektual bergaya  pop art yang sesungguhnya bermain di dunia hakiki; menentang nilai-nilai lama dengan mengajukan argumentasi-argumentasi baru.

ZAHRA

Merupakan salah satu novel karya Aoh Kartahadimadja yang diterbitkan Balai Pustaka tahunh 1950. Novel ini mengisahkan perjuangan seorang arsitek pengairan untuk membuat saluran irigasi di desanya dengan mengeringkan rawa. Ia mendapat dukungan dari mantan kekasihnya yang telah menjdai inspektur sosial. Bahkan, mantan kekasihnya pula yang menggugah istrinya untuk membantu mewujudkan keinginginannya itu. Setting cerita di daerah Banjar, Jawa Barat. Tokoh-tokoh dalam novel ini adalah Siti Zahra,Seorang wanita yang menjadi inspektur sosial. Koswara, seorang arsitek pengairan. Rini, istri Koswara. Karnadi, anak buah Koswara yang mencintai Rini,istri Koswara.
      Seorang arsitek pengairan di Banjar yang bernama Koswara baru saja selesai mengaubur kepala kerbau untuk mengeringkan rawa Lakbok. Ia bermaksud untuk mengeringkan rawa Lakbok dengan rawa-rawa yang lainnya sebagai tempat pengairan sawah-sawah sekitarnya. Ia berharap dengan adanya pengairan itu,sawah-sawah di desanya akan cepat panen sehingga penduduk desa dapat menikmati hasilnya dan dan kehidupan merekapun menjadi lebih baik. selain itu, meningkatnya hasil panen itupun turut meningkatkan pendapatan negara. Dengan demikian, cita-citanya untuk membangaun negara dan bangsanya akan terwujud.
      Itulah obsesi dalam diri sang arsitek itu yang sangat membelenggu hatinya. Ia berusaha mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk mewujudkan keinginannya itu sehingga ia mengabaikan kehidupan rumah tangganya. Ia tidak lagi memperhatikan Rii,Istrinya, yang harus merelakan satu persatu perhiasannya untuk mencukupi kebutuhan dapur  rumah tangga mereka. Ia tidak memiliki waktu lagi untuk mengajak Rini bicara,bersenda gurau atau mengajak bepergian selayaknya kehidupan suami istri.
      Hal yang sama pun dialami oleh Karyadi,seorang bawahan Koswara. Namun,alasannya bukan karena ingin memajukan bangsa dan negara,seperti cita-cita Koswara. Ia merasa tidak bahagia dan tidak kerasan tinggal di rumah karena hatinya masih terpaut dengan Rini, wanita yang dicintainya itu. Ia lebih senang di kantor karena tempat inilah ia bisa memandang Rini dengan sepuas-puasnya. Sekalipun Rini hanya menganggapnya sebgai seorang teman,ia tidak pernah memperdulikannya dan ia tidak pernah ingin berhenti untuk mencintai wanita itu.
       Suatu hari Koswara menerima surat dari Departemen Sosial yang isinya memberitahukan tentang kedatangan inspektur sosial bernama Sitti Zahra -mantan kekasihnya- untuk memeriksa buruh-buruh di tempat Koswara bekerja. Kedatangan wanita itu disambut hangat oleh Koswara Pikiran laki-laki itu melayang-layang mengenang keindahan kisah cinta mereka berdua. Ia pun segera menjemput mantan kekasihnya tersebut di Stasiun.
       Ketika mereka tiba di desa,Sitti Zahra menyempatkan diri untuk melihat-lihat hasil kerja Koswara. Wanita itu merasa puas dan bangga melihat keberhasilan Koswara dalam mengeringkan rawa Lakbok. Ia bangga karena cita-cita mantan kekasihnya untuk membangun bangasa dan negara ini telah terwujud. Selama berada di desa itu, Sittri Zahra banyak menghabiskan waktu bersama Koswara. Keduanya sering terlihat berjalan bersama. Bahkan,ia sering menceritakkan tentang problema kehidupan rumah tangganya kepada mantan kekasihnya tersebut. Ia menceritakan bahwa Rini tidak bersedia memberikan dukungan terhadapnya sehingga ia menjadi tidak betah tinggal di rumah.
       Keakraban mereka membuat hati Rini terbakar perasaan cemburu. Ia merasa bahwa sambutan suaminya kepada inspektur sosial itu bukan lagi hal yang wajar, tetapi sudah melewati batas. Ia kemudian mendamprat Sitti Zahra. Namun, dengan kesabarannya Sitti Zahra mencoba menjelaskan kepadannya bahwa hubungannya dengan Koswara hanyalah sebatas mitra kerja saja. Ia bahkan menasihati Rini agar wanita itu meluangkan waktunya untuk memberi perhatian kepada Koswara dan memberikan dorongan semangat agar suaminya itu berhasil mencapai keinginannya. Dengan demikian, kehidupan rumah tangga mereka berdua akan menjadi harmonis.
       Mendengar nasihat yang panjang lebar itu, hati Rini menjadi tergugah. Dalam hatinya, terbersit niat untuk memberi semangat kepada suaminya dan membantu agar ia berhasil mewujudkan keinginannya itu. Ia ingin mengisi hari-hari barunya bersama suami yang dicintainya. Dalam hatinya, ia berterima kasih kepada Sitti Zahra yang telah menggugah hatinya.

Tiggris (Goenawan Mohamad)

Sungai demam
Karang lekang
Pasir pecah
pelan-pelan

Gurun mengerang: Babilon!
Defile berjalan

Lalu Tuhan memberi mereka bumi
Tuhan memberi mereka nabi
Antara sejarah
dan sawah
hama
dan Hammurabi

Setelah itu, kita tak akan di sini

Kau dengarkah angin ngakak malam-malam
ketika bulan seperti
susu yang tertikam
ketika mereka memperkosa
Mesopotomia?

Seorang anak berlari, dan seperti dulu
ia pun mencari-cari
kemah di antara pohon-pohon tufah

Jangan menangis.

Belas adalah
Iblis karena Tuhan telah menitahkan airmata
jadi magma, bara yang diterbangkan bersama
belibis, burung-burung sungai yang akan
melempar pasukan revolusi
dengan besi dan api
“Ababil! Ababil!” mereka akan berteriak.
Bumi perang sabil.

Karena itulah, mullah, jubah ini
selalu kita cuci dalam darah di tebing
Tigris yang kalah
Dari Najaf ada gurun. Kita sebrangi
dengan geram dan racun. Dan tiba di Kerbala
akan kita temui pembunuhan
yang lebih purba.

(Ibuku. Seandainya kau tahu kami adalah anak-anakmu)

1986

Aku Tulis Pamplet Ini ( W.S Rendra)

Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng – iya – an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Sebuah Jaket Berlumur Darah (Taufik ismail)

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata

1966

SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...

Kudengar Adzan ( Usmar Ismail)

Kudengar adzanmu di waktu subuh
Memuja Tuhan berharap lindungan
Suaramu menyebar benih yakinlah tumbuh
Kali ini, engkaulah pembawa gemilang zaman
Dalambadanku lemas dingin sekujur
Mengalir lagi darah cair memanas
Dalam dada kurasa bergetar cita berbaur :
Kali ini, engkaulah tempat harap menjelas.
Kudengar nyaring terompet berseru-seru
Memanggil dikau ke tempat wajib menanti
Bersaf-saf kau tegak bertujuan satu :
Kali ini, engkaulah pencapai menang yang pasti.
Bagaimana aku takkan percaya jua
Rasamu kurasa, deritamu telah kuselami
Tahu sudah hidup atau mati mesti berguna :
Kali ini kita penuhi gandrung di hati

Keboedajaan Timoer
Thn 1944

Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi (Goenawan Mohamad)

Di beranda ini angin tak kedengaran lagi
Langit terlepas. Ruang menunggu malam hari
Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin mendesak ke arah kita
Di piano bernyanyi baris dari Rubayyat
Di luar detik dan kereta telah berangkat
Sebelum bait pertama. Sebelum selesai kata
Sebelum hari tahu ke mana lagi akan tiba
Aku pun tahu: sepi kita semula
bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata
Pohon-pohon pun berbagi dingin di luar jendela
mengekalkan yang esok mungkin tak ada

1966

Kuterka Gerimis (Sapardi Djoko Damono)

Kuterka gerimis mulai gugur
Kaukah yang melintas di antara korek api dan ujung rokokku
sambil melepaskan isarat yang sudah sejak lama kulupakan kuncinya itu
Seperti nanah yang meleleh dari ujung-ujung jarum jam dinding yang berhimpit ke atas itu
Seperti badai rintik-rintik yang di luar itu
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

PANGGILAN PAGI MINGGU ( J.E Tatengkeng)

Sedang kududuk di ruang bilik,
Bermain kembang di ujung jari,
Yang tadi pagi telah kupetik,
Akan teman sepanjang hari.
Kudengar amat perlahan,
Mendengung di ombak udara,
Menerusi daun dan dahan,
Bunyi lonceng di atas menara.
Katanya:
Kukui apang biahe,
Lulungkang u apang nate
Kupanggil yang hidup,
Kutangisi yang mati,
Pintu jiwa jangan ditutup,
Luaskan Aku masuk ke hati
Masuklah, ya, Tuhan dalam hatiku!

search

About

Seluk Beluk Sastra